Pemerintah menawarkan kepada investor Proyek pembangunan Bandar Udara (Bandara) baru di Bali berlokasi di Buleleng. Kabarnya, investor asal India bakal siap membangun Bandara bertaraf internasional yang membutuhkan dana Rp1,5-2 triliun tersebut. “Saya tawarkan untuk membangun Bandara bertaraf internasional di Bali Utara, tepatnya di Buleleng. Jadi tidak ada lagi itu kemacetan nantinya, karena telah terdistribusi dengan rata pembangunan dan pariwisata kita,” ujar kata Menteri kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik di Denpasar, Bali, Kamis, 14 April 2011.
Wacik mengungkapkan, pembangunan Bandara Buleleng rencananya segera dimulai dalam waktu dekat dan diharapkan bisa mulai beroperasi pada tahun 2014.
Saat in,i sebanyak 30 insinyur dari investor India tersebut sedang melakukan studi kelayakan untuk menentukan lokasi pembangunan Bandara. Sesuai jadwal, dalam waktu 3 bulan ke depan, hasil studi tersebut sudah akan dilaporkan kepada pemerintah.
Rencana pembangunan Bandara di Buleleng itu, kata Wacik, telah dikomunikasikan dan disetujui oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pasalnya, program tersebut sejalan dengan upaya pemerintah memprioritaskan pengentasan kemiskinan dan menekan angka pengangguran serta pemerataan pembangunan.
Menurut Wacik, pembangunan Bandara baru di Bali sudah sangat mendesak lantaran kemacetan di Bali Selatan semakin parah. Kemacetan itu sendiri tidak terlepas dari tingginya tingkat kunjungan turis yagn mendarat di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.
Setiap hari, tercatat lebih dari 7.000 orang wisatawan mancanegara yang datang ke Bali. Padahal Bandara Ngurah Rai hanya sanggup menampung sekitar 4.500 wisatawan tiap harinya. “Jumlah tersebut [7.000 perhari] belum ditambah dengan kedatangan wisatawan domestik. Semua terpusat di Bali Selatan. Apa tidak menimbulkan macet? Makanya kita harus bagi kedatangan wisatawan itu dengan cara membangun Bandara lagi,” ujarnya.
Pemerintah menilai landasan di Bandara Ngurah Rai sudah tak mungkin untuk diperluas. Meskipun Bandara Ngurah Rai rencananya akan direnovasi, namun perluasan itu tidak akan menyelesaikan kemacetan yang semakin parah.
“Sekira 15 tahun ke depan, keseimbangan kedatangan wistawan itu sudah bisa terbagi rata antara di Bandara Ngurah Rai dengan bandara di Buleleng yang nantinya dibangun. Terkait investasi, Pemerintah Indonesia sedang memikirkan untuk ikut menanam saham di sana,” jelas Wacik. Tidak hanya pembangunan Bandara, pemerintah juga berencana membangun jalan bawah tanah (underpass) di Simpang Dewa Ruci, Kuta, Badung dan jalan Tol yang menghubungkan Denpasar, Nusa Dua. Upaya itu diharapkan bisa mengurai kemacetan di Pulau Dewata tersebut.
Kepala Bagian Publikasi dan Dokumentasi Pemerintah Prov Bali, Ketut Teneng mengatakan, pembangunan bandara di Buleleng sudah dikomunikasikan dengan Pemprov Bali dan Pemkab Buleleng. Bahkan, sambungnya, Bupati Buleleng, Putu Bagiada sudah menandatangani MoU dengan investor asal India tersebut saat diundang ke India. Demikian catatan online Gerbang Type Approval tentang proyek pembangunan Bandar Udara (Bandara) baru di Bali.(net)