Views :476 Times |
Kamis, 02 Februari 2012 11:59 |
Mary Mazzio, pembuat beberapa film bertema entrepreneur, sukses melambungkan namanya berkat tayangan apik yang dibuatnya mengenai riwayat sejumlah inovator dalam dunia bisnis. Baru-baru ini ia mengatakan, “Anda harus memiliki kewajiban untuk menjadi entrepreneur. Anda harus tahu bagaimana menciptakan nilai untuk konsumen, bagaimana mengelola bisnis yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab. Anda tak bisa lagi seperti mesin.” Ada banyak film entrepreneurial arahan Mazzio yang memeroleh pujian. Beberapa di antaranya seperti yang diutarakan Dorie Clark, CEO Clark Strategic Communications dan penulis What’s Next?: The Art of Reinventing Your Personal Brand yang dilansir dari laman Forbes, Rabu 1 Februari 2012 :
Dari pengalamannya membuat film mengenai entrepreneurial serta mewawancara sejumlah entrepreneur sukses global, Mazzio mengambil banyak sari pembelajaran yang bisa digunakan untuk membesarkan buah hatinya dengan cara yang tergolong berbeda. Berikut adalah empat pelajaran dari pebisnis kelas dunia yang dipakai Mazzio dalam kehidupan berkeluarganya. Sifat Pemalu Bukanlah Dalih “Anak saya pemalu saat kecil,” tutur Mazzio dan dirinya akan berusaha menerima sifat pemalu anaknya dan menjadikannya dalih agar orang mau memakluminya. Namun setelah mewawancarai Richard Branson, dia belajar bahwa Branson ternyata juga pemalu saat masih kanak-kanak. “Eve (ibunda Richard Branson) tidak menjadikan sifat pemalu anaknya sebagai sebuah alasan dan dia akan berkata kepada Richard, ‘Kamu akan mengeluarkan tanganmu dan berjabat tangan. Berhenti memikirkan dirimu sendiri dan perasaaanmu, mulailah memikirkan orang lain’,” ujar Mazzio. Dari situ Mazzio mulai mengajarkan putranya yang kini berusia 8 tahun untuk menyapa orang dewasa dengan berjabat tangan, membuat kontak mata dan mengajukan pertanyaan bijak. “Dan dia belajar dengan sangat cepat bahwa ada sisi positif bila berelasi dengan orang dewasa.” Membuat Kamar yang Inspirasional Di mana entrepreneur memeroleh ide terbaiknya? Menurut pendapat Mazzio, hal itu bisa diperoleh dengan memiliki ruangan untuk berpikir kreatif. “Kreatifitas telah dikeluarkan dari kurikulum sekolah,” ujarnya. “Di antara waktu bermain dan jadwal olahraga, saat ini orang dewasa mengatur secara rinci kehidupan anaknya. Ketika anak datang pada Anda (selaku orangtua) dan berkata ‘Saya bosan’, itu bukanlah momen (bagi orangtua) untuk segera menuju Toys R Us (toko mainan)—mereka harus memikirkan cara untuk menghibur diri mereka sendiri.” Dengan begitu, dalam proses pertumbuhannya, anak-anak akan belajar menyelesaikan masalahnya sendiri dan bisa ambil inisiatif, sikap yang perlu dimiliki oleh setiap entrepreneur. Memeroleh Uang Berarti Independen Sejak lama, Mazzio adalah salah satu penggemar dunia nyata entrepreneurship. Baginya, yang terpenting dalam entrepreneurship bukan uang namun proses atau kegiatan dalam memeroleh uang yang bisa ajarkan anak untuk merasakan kebebasan serta kemandirian. Dua hal itu, kebebasan dan kemandirian, merupakan pelajaran berharga bagi anak untuk menghadapi masa sulit dalam hidupnya seperti dalam film Ten9Eight, yang mungkin tak diperoleh di sekolah. Proses pengelolaan bisnis dapat menyakinkan mereka bagaimana mengaplikasikan matematika dalam kehidupan keseharian dan menyadari bahwa teknik menulis yang baik juga diperlukan untuk membuat business plan yang bisa menarik minat investor. Kegagalan Adalah Hal yang Wajar Menurut pendapat Mazzio, nilai entrepreneurship bukan hanya menciptakan bisnis yang sukses. Entrepreneurship merupakan cara hidup dan cara berpikir—dan sudah sewajarnya bila Anda akan mengalami kegagalan. “Orang-orang menilai kegagalan dalam konteks penghinaan,” tuturnya. “Tapi Anda hanya bisa belajar dari kegagalan.” Entrepreneur besar adalah mereka yang mampu mendorong diri mereka sendiri untuk bangkit setelah mengalami kegagalan. Anda belajar sedikit demi sedikit dari kegagalan yang bisa meningkatkan karakter, menginformasikan ide Anda dan membuat Anda berpikir kreatif tentang bagaimana menggapai sesuatu yang sepertinya tak tergapai.” |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/pendidikan/serba-serbi/165-entrepreneurship/14842-rahasia-besarkan-anak-berjiwa-entrepreneurial.html