Raup Laba dari Toko Perlengkapan Sulap

Views :100 Times PDF Cetak E-mail
Kamis, 09 Februari 2012 10:24
Berbagai jenis usaha tumbuh subur di Indonesia. Namun, hanya ada beberapa yang unik. Salah satunya adalah jenis usaha yang dijalani Raden Herman Budi Kusmana. Usaha yang digeluti ini berhubungan dengan sulap.

CE-logoSemua dimulai ketika Herman duduk di bangku SMA, kecintaan dia terhadap seni sulap mulai tumbuh. Keinginan tersebut terus digali hingga akhirnya Herman yang akrab disapa Didi I Pusu ini berguru kepada seseorang. Keseriusan ini terus diselami, meski dapat tanggapan miring dari kedua orangtuanya. ”Saya hobi sulap mulai SMA, dulu sempat diragukan orangtua. Buat apa belajar sulap seperti ini, mending mendalami kegiatan lain. Tapi, saya terus belajar dengan guru saya dulu. Jadi, terus saya dalami,” ujarnya.

Setelah memiliki keahlian sebagai pesulap, dia mulai mengisi acara. Awalnya, hanya menghibur keponakan teman sekolahnya dengan upah Rp50.000. Setelah masuk ke bangku kuliah, Didi sering menunjukkan keahlian dia ini kepada teman-teman. Hingga akhirnya saat sedang berkumpul di sebuah kafe di dekat kampus, lalu orang pemilik tempat itu melihat keahlian Didi dan menawarkan untuk bermain di tempatnya. Dari situ mulai datang tawaran- tawaran mengisi acara, seperti ulang tahun dan sebagainya.

Seiring waktu kegiatan show-nya pun makin meningkat. Didi makin sering bermain sulap di kafe-kafe Ibu Kota sehingga pendapatan dia pun cukup untuk dibelikan alat-alat trik sulap. Dengan semakin banyaknya koleksi alat-alat trik sulap, Didi tercetus pikiran untuk membuat toko khusus yang menjual alat-alat sulap. Idenya ini baru terwujud pada akhir 2003. ”Kenapa sulap, selain hobi juga dan belum banyak yang melirik lahan ini. Waktu itu di Jakarta baru ada dua toko sulap, jadi saya putuskan menjual benda-benda sulap,” ucapnya.

Pria kelahiran 22 April 1978 ini memulai usahanya dengan menjual barang-barang koleksi pribadinya. Dia juga menunggu counter yang disewa di Mal Cinere hingga kurun waktu satu tahun. ”Saya memulai usaha itu dengan modal sekitar Rp20juta. Modal terbesar digunakan untuk sewa tempat. Lalu, sisanya digunakan untuk display, juga menambah barang dagangan, tapi kebanyakan koleksi pribadi sendiri,” ungkap pria berkulit putih ini.

Barang jualan Didi memang terbilang unik bagi sebagian orang. Yang dijual pun bukan hanya barang, juga ilmu, trik, atau rahasia dibalik pengajaran khusus sebuah seni sulap. Untuk barang dagangan ini, Didi memiliki trik khusus untuk promosi. ”Saya biasanya melakukan show di counter. Dengan demikian, orang jadi tertarik datang untuk melihat. Dari situ mereka tanya, lalu kami jelaskan hingga mereka tertarik untuk membeli,” katanya.

Dengan pembukaan toko dan strategi marketing yang dilakukan Didi, respons masyarakat terbilang cukup menjanjikan. Semua usaha memiliki rintangan masing-masing. ”Masalahnya kalau di sulap ini, orang jarang tahu sehingga kurang menghargai seni ini,” tandasnya.

Dengan dibukanya counter pertama sebagai strategi promosi, Didi juga membuka situs di internet. Dengan adanya situs ini, ia mengaku, sangat terbantu dengan luasnya jarak dan waktu yang menghalangi dia untuk dikenal masyarakat luas. Barang dagangannya terbilang cukup mahal, selain impor juga karena ilmu, trik, dan rahasia yang terdapat di belakang itu semua. Barang dagangan Didi berkisar antara Rp35.000 hingga Rp3juta.

Harga satu barang ini bisa lebih mahal lagi ketika dia memiliki pesanan khusus dari pelanggan. Tingginya antusias pasar terhadap barang dagangannya, Didi mulai mengembangkan sayap hingga ia membuka kursus sulap hingga akhirnya membuat sekolah khusus sulap. Kurikulum dia diadopsi dari sekolah sulap internasional, yang didapat dari rekan sesama pesulap di luar negeri. Dengan jaringan yang terus terbentuk, sekolah sulapnya terus menghasilkan pesulap yang baik. Didi juga tak segan membantu menyalurkan anak didiknya ke pertunjukan-pertunjukan sulap di Ibu Kota. ”Karena semakin banyak murid saya yang lulus. Mereka bingung mau show di mana, lalu saya hubungi kembali tempat-tempat yang dulu saya pernah main agar murid saya memiliki tempat untuk menyalurkan keahliannya,” paparnya.

Hingga kini, Didi telah memiliki dua counter yang berlokasi di Mal Cinere dan Pasaraya Blok M. Didi juga mengurus manajemen 23 pesulap hasil didikan dia, dari usia 11 hingga 22 tahun. Omzet yang diraihnya setiap bulan juga lumayan, mencapai Rp50juta. (*/ Harian Seputar Indonesia)

Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/perdagangan/15047-raup-laba-dari-toko-perlengkapan-sulap.html