Pemeliharaan secara intensif dewasa ini pada prinsipnya hanya mengandalkan makanan tambahan berupa pellet atau pellet yang dihancurkan menjadi bubuk dan butiran. Makanan yang diberikan akan menentukan pertumbuhan udang yang dipelihara (Deptan, 1996). Pengelolaan pakan meliputi: pemilihan jenis pakan, program pemberian pakan, pemberian pakan, waktu pemberian pakan, ancho, dan penyimpanan pakan.
a. Pemilihan Jenis Pakan
Pemilihan jenis pakan diperlukan sesuai dengan tingkatan umur dan berat udang. Pakan alami diperlukan udang pada awal penebaran. Dominasi plankton jenis Clorophyta dan Diatome adalah pakan alami yang baik, sedangkan pakan alami yang merugikan adalah Dinoflagellata dan Blue Green Algae. Pakan buatan (pellet) yang digunakan harus yang sesuai dengan kebutuhan tubuh udang berdasarkan berat udang. Pemberian pakan buatan dilakukan sejak penebaran (Aquaculture Division PT. Centralpertiwi Bahari, 2003). Kemudian Darmono (1991) mengatakan makanan udang dewasa dari ukuran post larva sampai panen biasanya adalah formula yang mempunyai komposisi protein, karbohidrat, lemak dan vitamin serta mineral yang tertentu. Komersialisasi makanan yang memiliki formula pakan sendiri - sendiri, dengan penganalisaan menunjukkan sebagai berikut protein kasar (5,00%), karbohidrat (3,60%), lemak (5,00%), abu (18,80%), dan air (5,00%). Penggunaan bahan protein yang bermutu sangat disarankan untuk mencegah penyakit defisiensi asam amino, sehingga dalam memilih bahan pakan protein harus memikirkan mutu kandungan asam amino essensialnya.
b. Program Pemberian Pakan
Aquaculture Division PT. Centralpertiwi Bahari (2003) mengatakan pemberian pakan pada udang Vannamei dibagi menjadi 2 pemberian pakan yaitu pemberian pakan pada bulan pertama (blind feeding) dan pemberian pakan pada bulan selanjutnya. Pemberian pakan pada bulan pertama dilaksanakan blind feeding mulai DOC (Day Of Culture) 1 sampai DOC 30. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian pakan pada bulan selanjutnya yang didasarkan dengan nasfu makan udang. Nafsu makan udang dilihat berdasarkan skoring anco. Sedangkan menurut Yukasano (2000), blind feeding adalah pemberian pakan terhadap udang secara maksimal. Pelaksanaan blind feeding dilakukan mulai dari DOC 1 sampai DOC 40. Pada saat blind feeding, pemberian pakan tidak mengalami pengurangan, walaupun pada kenyataannya udang tidak mau makan. Hal ini dimaksudkan untuk pembentukan air tambak dan tidak membuat FCR tinggi. Menurut Aquaculture Division PT. Centralpertiwi Bahari (2003), pemberian pakan udang setelah blind feeding, dilakukan berdasarkan nafsu makan udang. Hal yang perlu diperhatikan dalam program pemberian pakan dengan skoring anco yaitu FR, FCR dan nafsu makan udang. FR (feeding rate) yaitu presentasi yang digunakan untuk mencapai pertumbuhan optimal dan pemberian pakan yang tepat. FCR merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah biomassa udang yang dihasilkan. Nafsu udang makan sangat mempengaruhi dalam pembuatan program pemberian pakan udang. Hal yang mempengaruhi nafsu makan udang antara lain kondisi kualitas air, cuaca, kondisi dasar tambak yang kotor, suhu, kondisi pakan, periode moulting massal, penyakit, dan teknik pengoplosan pakan saat pergantian nomor pakan.
c. Pemberian Pakan
Pemberian pakan ditebar di feeding area. Feeding area adalah bagian dasar tambak yang digunakan sebagai sasaran penebaran pakan dan dikondisikan selalu dalam keadaan bersih. Untuk keperluan itu dipasang kincir untuk mengumpulkan kotoran di dasar tambak agar tersentralisasi dan mudah dibersihkan/disipon. Feeding area ini memiliki lokasi yang berbeda sesuai dengan perkembangan pertumbuhan udang (Aquaculture Division PT. Centralpertiwi Bahari, 2003).