Ikan Hias : Serpae Tetra (Hyphessobrycon caffistus atau Hyphessobrycon Serpae)


Serpae Tetra

Serpae Tetra (Hyphessobrycon caffistus atau Hyphessobrycon Serpae) berasal dari Paraguay, Amerika Selatan. Ikan ini bersifat omnivora. Ukuran maksimal tubuhnya mencapai sekitar 4 cm. Hidupnya berkelompok.

Tubuh Serpae Tetra berwarna merah sedikit cokelat. Sirip punggungnya hitam dan sirip lainnya merah bergaris luar hitam. Sirip punggung pada jantan lebih panjang dari betina. Warna sirip punggung jantan merah, sedangkan betina putih.

Lingkungan untuk pemijahan sebaiknya teduh atau sedikit gelap agar telur tidak dimakan induknya. Namun, harus ada sedikit cahaya yang masuk ke wadah pemeliharaan, terutama pagi hari. Kedalaman air untuk pemijahan tidak harus terlalu tinggi, cukup sekitar 15 cm.

Air yang agak asam (pH antara 6,0-6,5) dengan kekerasan antara 4-7° dH sangat diperlukan untuk pemeliharaan optimal. Sementara suhu airnya agak sedikit dingin, sekitar 26-28° C.
Untuk memijahkannya, induk jantan dan betina dapat dipelihara bersama secara masal. Dalam wadah seluas 1 m2 dapat menampung sekitar 500 ekor induk dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 3-4. Selama pemeliharaan untuk pemijahan ini induk diberi pakan berupa kutu air, khususnya Daphnia sp. Tanda induk betina yang siap memijah adalah perutnya tampak gendut, sedangkan pada jantan langsing.

Telur ikan ini termasuk adhesive egg sehingga akan melekat pada substrat. Biasanya substrat atau sarang dapat berupa tanaman air seperti enceng gondok. Telur-telurnya sangat kecil sehingga sulit memastikan kalau induknya sudah memijah. Oleh karena itu, sebagai tanda induk betina sudah memijah biasanya tampak perutnya mengecil.

Bila induk sudah memijah, substrat atau tanaman air yang berisi telur bisa segera diambil untuk ditetaskan pada wadah terpisah. Bisa juga induknya saja yang dikeluarkan dari wadah pemijahan. Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 24 jam setelah keluar dari induknya. Setelah menetas, larvanya masih sembunyi pada akar tanaman air selama sekitar tiga hari. Setelah itu, larva baru bisa berenang.

Pakan larva yang baru menetas berupa infusoria yang diberikan setelah berumur 2-3 hari. Selanjutnya larva dapat diberi pakan berupa rotifera, artemia, atau kutu air Baring. Untuk ikan yang sudah mulai dewasa, kutu air besar dan cacing sutera dapat digunakan sebagai pakan.

Penggantian air untuk jenis ikan ini harus hati-hati. Caranya, air dialirkan ke dalam wadah sedikit demi sedikit, tidak boleh secara tiba-tiba. Penggantian air ini berlaku untuk pemijahan maupun pemeliharaan.


sumber : Darti S.L dan Iwan D. Penebar Swadaya, 2006