Kunci Keberhasilan Budidaya Ikan Hias : KONDISI INDUK

Kondisi Induk

Kondisi induk harus diperhatikan agar diperoleh jumlah dan mutu benih atau anakan yang baik. Kondisi induk ini meliputi beberapa hal sebagai berikut.

1. Umur dan ukuran
Induk yang dipilih harus cukup umur dan ukuran. Biasanya ukuran ikan berkorelasi dengan umur. Makin tua ikan, ukurannya pun makin besar. Namun, ukuran ikan ini ada batas maksimumnya. Walaupun sudah tua, bisa saja ukurannya tidak akan bertambah karena sudah berada pada batas maksimum.


Kalau dipilih induk yang masih terlalu muda, selain telurnya belum cukup banyak, kematian larva dan benihnya akan sering dijumpai. Sebaliknya pemilihan induk yang terlalu tua, walaupun telurnya banyak, daya tetasnya biasanya kecil.

Oleh karena itu, sebaiknya dipilih induk yang relatif lebih besar dari yang lain dalam satu kelompok ikan. Kelompok ikan tersebut harus seumur dan produktif. Dengan cara ini, keturunan yang dihasilkan akan memiliki pertumbuhan yang lebih baik.


2. Kesehatan
Faktor kesehatan sangat penting diperhatikan pada ikan yang akan dijadikan induk. Ikan sakit sebaiknya tidak dipilih sebagai induk. Untuk itu, pilihlah ikan yang lincah, tidak cacat, sisik lengkap dan bagus, bentuk tubuh sempurna, dan warna tubuh cemerlang. Diharapkan dari ikan yang demikian akan diperoleh anakan ikan yang berkualitas.


3. Asal-usul keturunan
Asal-usul keturunan ikan ini berkaitan dengan produktivitas. Ikan yang tidak diketahui asal-usulnya tak jarang memberikan keturunan yang kurang baik. Bahkan, kualitas anakannya tidak sesuai dengan harapan.

Untuk itu, sebaiknya induk jangan diambil dari keturunan satu induk, melainkan dari hasil persilangan dengan induk lain. Calon induknya pun sebaiknya dari pemeliharaan sendiri karena umurnya diketahui dengan jelas. Induk yang dibeli tidak diketahui umurnya karena terkadang penjualnya tidak mau menyebutkan umur ikan yang dibeli. Bahkan, terkadang ada pedagang menjual induk yang sudah tidak produktif dengan harga tinggi.

Sumber : Darti Satyani Lesmana dan Iwan Dermawan, Penebar Swadaya, 2006