Produksi dan Potensi Pemindangan

Produksi dan Potensi Pemindangan

Pengolahan ikan menjadi ikan asin memang masih mendominasi pemanfaatan hasil perikanan Indonesia, yaitu sekitar 31,6 % dari 2.692.068 ton ikan produksi Indonesia. Suatu jumlah yang sangat besar mengingat pemindangan (menempati urutan kedua) tidak lebih dari 5,8% saja. Dari persentase tersebut menghasilkan 121.204 ton ikan pindang (tahun 1992). Padahal, dalam upaya pencukupan gizi masyarakat, ikan asin bukan pilihan yang tepat. Produk-produk berkadar garam rendah yang dapat dikonsumsi dalam jumlah besar, seperti pindang, merupakan pilihan yang tepat.

Dilihat dari produksinya, Pulau Jawa dan Bali merupakan sentra produksi sekaligus sentra konsumen ikan pindang. Produksi ikan pindang di luar Jawa relatif rendah, padahal produksi ikan asinnya cukup tinggi. Apabila sebagian produksi ikan asin ini dialihkan ke ikan pindang maka diperlukan usaha terpadu dari berbagai pihak untuk mempromosikan komoditas ini. Pemindangan ikan dapat dijadikan usaha yang menarik tidak hanya di Jawa, tetapi juga di luar Jawa.

Jenis ikan yang biasa dipindang cukup beragam, mulai dari ikan kecil hingga ikan besar dan dari ikan air tawar sampai ikan laut. Ikan air tawar yang soring dipindang adalah nilam, tawes, gurami, mujair, sepat siam, tambakan, dan ikan mas. Untuk ikan laut, jenis yang biasa dipindang adalah ikan layang, kembung, tongkol, bawal, selar, kuro, bandeng, lemuru, petek, japu, tembang, ekor kuning, dan hiu.

Ikan-ikan kecil, kadang-kadang juga bandeng yang berukuran besar, langsung dipindang tanpa disiangi. Jika ukurannya besar, seperti tongkol dan cakalang, maka ikan disiangi dengan cara membuang isi perut dan insang. Kalau ukurannya lebih besar lagi, misalnya ikan tuna dan hiu, maka ikan dibuat filet terlebih dulu sebelum dipindang.







sumber :

Depok, medio Juni 1995