Budidaya Bunga Krisan

Krisan termasuk famili Asteraceae yang merupakan tanaman perdu, semusim ataupun tahunan.Tanaman hias krisan merupakan bunga potong yang mempunyai nilai jual tinggi, banyak diminati pasar karna potensial yang berdaya saing tinggi dan berprospek cerah. 

Saat ini krisan termasuk bunga yang paling populer dan diminati di Indonesia karna memiliki keunggulan antara lain kaya warna dan dapat bertahan lama, tak lebih dari 70 varietas. Jumlah varietas krisan memang banyak tetapi yang ditanaman petani indonesia tidak lebih dari 40 varietas saja antara lain: krisan type standard dan krisan type spray. Adapun type standard yang sedang digemari  adalah  jenis fiji yellow, white, dark dan orange, krisan type standar jaguar red, ungu, standar pingpong, sedangkan revert, shenna select, minka, repertoire adalah krisan type standar bentuk jarum dll. Sedangkan krisan type spray antara lain  remix red, hawaian, bru reggi, euro speedy, monalisa, euro sunny & puma (bentuk kancing) dan type spray bentuk aster diantaranya reagon salmon, aisha red, reagan white, kermit, stroika dengan warna yang sangat beragam seperti, kuning, putih, hijau, merah, orange, ungu, dan pink.

Peluang mengembangkan budidaya krisan potong untuk memenuhi  kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri akan tetap terbuka luas seiring permintaan bunga potong krisan yang semakin meningkat.
 
Apabila ingin mengembangkan budidaya bunga potong khususnya krisan ada baiknya untuk memahami betul tentang pengenalan tanaman krisan ini  karena pemeliharaannya yang tergolong gampang-gampang susah adapun yang harus  diperhatikan diantaranya  krisan adalah: tumbuh baik pada  ketinggian tempat 700 – 1200 m dpl, suhu udara untuk pertumbuhan (siang : 20-28 oC dan malam : 15-20 oC), kelembaban udara selama pertumbuhan awal 90 -95 %, dan setelah tanam, tingkat keasaman tanah pH 6,2 – 6,7  dan EC o,* mS/cm – 1mS/cm.

Namun meskipun tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi seperti di Cianjur, Bogor, Sukabumi, Lembang dan beberapa wilayah indonesia lainya, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik, sedangkan untuk pembungaan membutuhkan cahaya menjelang pembungaan 70 – 80 %, tanaman hari pendek (masa vegetatif memerlukan periode malam yang panjang (>14.5jam) / berbunga bila penyinaran < 11 jam). Untuk produksi yang optimal perlu diberi tambahan cahaya buatan 3-4 jam pada malam 3,5 – 4,5 mg dari lampu TL dan lampu pijar.
 
SARANA PRODUKSI
  • Rumah naungan (green house).
  • Subsistem pencahayaan buatan.
  • Subsistem irigasi.
  • Bibit tanaman yang baik.
  • Sarana perlengkapan & perlindungan tanaman.
  • Sarana Transportasi
  • Sarana Grading & Packing
  • Sarana Penyimpanan Bunga (Cooling)
RUMAH NAUNGAN (GREEN HOUSE)
  • Struktur terbuat dari besi, kayu, bambu atau kombinasi.
  • Lebar kelipatan 6,4 m dan panjang kelipatan 3,7 m atau 3,9 m ideal maksimum 60 m.
  • Atap: plastik UV 200 micron (dengan kandungan UV retardant 6 – 12%).
  • Dinding :   Tunnel : Plastik
                     Sere    : Screen mesh atau paranet

SUBSISTEM PENCAHAYAAN BUATAN
  • Lampu pijar dengan reflektor.
  • Instalasi 100 watt per 5 meter persegi.
  • Intensitas minimal pada titik tumbuh adalah 70 lux (diukur dengan lux-meter).
  • Pola pencahayaan adalah kontinyu atau cyclic system.
  • Pola pencahayaan cyclic lighting: (9’ ON 18’ OFF)
•         Jam:    22.00-22.09      22.09-22.18       22.18-22.27
•                     22.27-22.36      22.36-22.45      22.45-22.54
•                     dst                    dst                     dst. s/d 02.00
•         Blok A        ON       off        off
•         Blok B        off        ON       off
•         Blok C        off        off        ON
 
SUBSISTEM IRIGASI
  • Overhead irrigation (penyiraman dari atas). Keuntungannya: distribusi air lebih merata. Kerugiannya: bila tanaman sudah besar sulit utuk membasahi tanah dan RH menjadi tinggi yg bisa mengundang penyakit.
    -   Diberikan pada tanaman masih kecil (4-5 MST), selama daun belum saling menutupi.
    -   Minggu I tiap pagi hari.
Drip irrigation.
Keuntungannya: tidak membasahi daun/bunga.
Kerugiannya: distribusi kurang merata.
Diberikan pada tanaman setelah daun saling menutupi
-   Pemberian setiap 2-3 hari sekali.
-   Pengecekan hasil penyiraman dengan mengecek langsung kedalaman tanah yang basah
  • Bibit berasal dari tanaman induk yang sehat.
  • Kriteria bibit yang baik: seragam, higienis dan bebas dari OPT
     -  sehat, bebas hama dan penyakit tanaman
     -  bervigour baik
     -  telah berakar merata dan kompak
     -  jumlah daun 4 – 5 daun dan hijau
     -  asal induk tidak tercampur
 
BUDIDAYA
  • Persiapan lahan: perbaikan struktur tanah, sterilisasi, penambahan bahan organik, pemupukan dasar
  • pH 5,8 – 6,5.
  • Penanaman: dengan kerapatan 64 tan./m2 (musim hujan) dan 72 – 80 tan./m2 (kemarau).
  • Perlakuan hari panjang: selama 4 – 5 minggu setelah tanam.
  • Pemeliharaan: Penyiraman, Pemupukan, Peyiangan, Pemasangan Support, menaikan jaring, Pemberian ZPT, Disbudding, Pemberian “cup”, Pengendalian OPT
Persiapan Lahan
  • Bila hasil pengecekan pH tanah rendah :
    -  Kapur                       : 100 -200 kg / 500 m2
    -  pH yang ingin dicapai kisaran 5,8 – 6,5.
  • Penambahan Bahan Organik  dengan :
    -  Pupuk Kandang      : 6 - 8 m3/ 500m2
    -  Sabut Kelapa          : 70 – 100 karung (7 m3) / 500m2
    -  Sekam Padi             : 70 – 100 karung (7 m3) / 500 m2
    -  Kapur                      : 100 -200 kg / 500 m2
    -  Bagas tebu (ampas tebu)
    -  Pupuk hijau
  • Pembajakan atau Penggarpuan:
    -  Bajak I  (Garpu)
    -  Bajak II (Garpu)
  • Pengolahan lahan ( rotari )
  • Bila secara visual banyak tanaman yang kena penyakit dilakukan “sterilisasi”  dengan :
    -  Bahan kimia : Basamid (dazomet), Nufam
    -  Istirahat lahan 3 - 4 minggu
    -  Perendaman
    -  Pemanasan (steaming)
    -  Formalin untuk bagian atas
  • Proses sterilisasi dengan bahan kimia sama seperti pada Persiapan Lahan untuk Tanaman Induk
  • Pasang drip irigasi
  • Pasang  jaring
  • Angkat tanah antar bedengan/ bedengan ditinggikan
  • Rapihkan bedengan,Cek drip irigasi & springkle/irigasi curah
 
Penyiraman 
  • Segera setelah tanam, dilakukan penyiraman dengan overhead irigasi atau gembor
  • Minggu I  : setiap pagi disiram dengan cara seperti di atas
  • Minggu II dan berikutnya : disiram 2 – 3 hari sekali dengan cara overhead selama daun belum saling menutupi.
  • Bila daun sudah saling menutupi penyiraman dilakukan dengan drip irigasi
PEMUPUKAN :
  • Pemupukan
    -  Pola EC.      EC air & pupuk = 1
    -  Pola ppm
  • Pemupukan fase vegetatif  : (1200 ltr air/500m2)
    -  CaNO3         : 1130 gram  
    -  KNO3           : 1620 gram
    -  MgSO4         :   470 gram
  • Pemupukan Fase generatif : (1200 ltr air/500m2)
  • Pemupukan dimulai umur 7 MST :
    -  CaNO3         : 940 gram    
    -  KNO3           : 1790 gram
    -  KH2PO4       : 450 gram    
    -  Urea             : 190 gram
  • Pemupukan dihentikan setelah bunga pertama telah memperlihatkan warna dan hanya diberikan air.
MENAIKAN JARING :
  • Penaikan jaring dimulai pada umur tanaman 4 MST, berikutnya umur 5,6,7,8,9 MST dan 10 MST. Menaikkan jaring sampai batas tertentu saja sehingga batang di bawah dan diatas jaring tidak bengkok dan tidak terlalu tinggi dan tidak menyulitkan pemanenan.
  • Dalam menaikkan jaring ini dibantu dengan support (tiang kecil) 
 
PANEN & SERAH TERIMA DENGAN PASCA PANEN
  • Bunga tipe spray telah siap panen bila 3 – 5 kuntum bunga telah mekar.
  • Bunga tipe standar bila bunga telah mekar dengan permukaan bunga yang rata.
  • Pemanenan dengan cara dipotong dari pangkal batang atau dicabut, dikumpulkan dan diikat kain.
  • Serah terima dengan Pasca Panen