Views :677 Times |
Senin, 20 Februari 2012 10:41 |
Belakangan ini, jumlah entrepreneur muda makin banyak. Sayangnya semangat menggebu anak muda acap kali tak dibarengi dengan perhitungan matang. Banyak yang cepat merasa semangat saat awal, namun kemudian cepat pula semangat mereka turun. Satu faktor yang sering membuat "layu sebelum berkembang" adalah kondisi dan perencanaan keuangan yang serampangan. Ada beberapa hal yang harus diwaspadai para pengusaha muda: Berinvestasi melebihi yang dibutuhkan Faktor emosi membuat kaum muda selalu ingin terlihat “wah” di bisnis yang mereka bangun. Karyawan langsung banyak, sewa kantor di lokasi yang mahal, furnitur dan perlengkapan kantor yang serba modern. Menurut Alexa von Tobel, CEO dari LearnVest.com, sebuah perusahaan konsultan keuangan, seharusnya mereka berfokus pada produk dan layanan. Mengeluarkan biaya-biaya untuk sesuatu yang dianggap bisa diselesaikan sendiri Sering kali anak muda terjebak dalam keadaan “sok tahu” dan meremehkan hal-hal kecil namun penting, seperti laporan keuangan dan pajak. Akibatnya, saat harus membayar pajak usaha, ada beberapa kondisi yang membuat perusahaan terkena denda. Supaya masalah tersebut dapat cepat selesai, mereka cenderung memakai jasa berbagai konsultan, yang notabene berbiaya lebih tinggi jika dibandingkan merekrut karyawan tetap. Tidak menggaji diri sendiri Karena sangat bersemangat, kadang tidak memedulikan apakah kita digaji atau tidak. Namun, jika kebiasaan ini diteruskan, menurut Diana Ransom, seorang pemerhati usaha kecil bisa memicu kekacauan pada penempatan uang. Yakni, kadang karena merasa sangat butuh uang, tanpa disadari, pemilik usaha mengambil uang perusahaan karena selama ini merasa tidak digaji. Tidak merencanakan kemungkinan kondisi paling buruk Saking semangatnya, sering kali kaum muda tidak memperhitungkan kemungkinan terburuk usahanya. Mereka merasa terlalu optimis sehingga cenderung tak mempersiapkan diri saat situasi memburuk. Mencampurkan aset pribadi dan perusahaan Anak muda biasanya malas untuk memisahkan aset pribadi dan perusahaan. Akibatnya, saat terjadi masalah aset pribadi pun bisa ikut hilang, misalnya, untuk membayar utang. Karena itu, sangat disarankan untuk memisahkan aset-aset tersebut. Menggunakan kartu kredit pribadi untuk kepentingan bisnis Urusan bisnis adalah urusan bisnis, jangan campur adukkan dengan urusan pribadi. Maka, jika ingin membeli barang atau aset untuk perusahaan, gunakan uang perusahaan. Memanfaatkan uang perusahaan melebihi kapasitas Ada kalanya, saat usaha berjalan seperti harapan nafsu beli ini dan itu menggelora. Yang seharusnya cukup punya komputer standar untuk mengetik dan mencetak dokumen, langsung membeli komputer paling canggih tanpa bisa memaksimalkan kegunaannya. Jika hal ini diteruskan, akan ada ketimpangan dalam usaha yang bisa merusak potensi keuntungan membesarkan usaha. (*/ian) |
Sumber:
http://ciputraentrepreneurship.com/index.php/amankan-bisnis/14571-7-poin-yang-harus-dihindari-entrepreneur-muda.html