Pernahkah Anda, mendengar tanaman janggelan? Tanaman yang untuk campuran es maupun minuman lainnya. Bisnis tersebut yang digeluti Sutarso Hadi (42), warga Desa Geneng, Kecamatan Bulukerto.
Kepala Joglosemar, Sutarso menuturkan pengalaman bisnisnya. Ia mengaku pada tahun 1996, mendapat pinjaman dari bank sebesar Rp 1 juta. Kini, usaha yang digeluti asetnya mencapai Rp 10 miliar.
“Awalnya, rumah tidak punya, modal Rp 1 juta untuk sewa truk dan mobil untuk mengambil janggelan ke daerah-daerah. Benar-benar dari nol. Tahun 1996 mulai jual beli janggelan, saat itu dibawa langsung ke Surabaya begitu truk penuh,” kata Sutarso, yang kini menjadi anggota DPRD, Sabtu (4/2).
Kini, tak hanya pasar lokal. Pasar China dan Taiwan pun sudah rutin dikirim. Hanya saja permintaan kuota yang terlalu besar dari China tidak bisa selalu terpenuhi. “Satu tahun dari China minta dikirim 25.000 ton, kalau melihat hasil janggelan di sini jelas tidak mencukupi. Paling hanya bisa memenuhi 2.500 ton saja. Tanaman janggelan di ambil dari Pacitan dan Trenggalek, di Wonogiri diambil dari Karangtengah, Girimarto, Bulukerto dan Jatipurno,” jelasnya.
Pasokan yang tidak terpenuhi juga disebabkan karakteristik tanaman janggelan, yakni hanya berkembang baik saat musim hujan. Di sisi lain saat musim hujan justru terkendala pengeringan. Musim kemarau, tanaman tak begitu subur dan kandungan pati juga rendah. Saat itulah, dirinya beralih jual beli empon-empon.
Di Negeri Tirai Bambu dan Taiwan, janggelan dimanfaatkan untuk bahan membuat minuman. Sedangkan untuk pembuatan agar-agar janggelan (cincau hitam), Sutarso memiliki pabrik sendiri di Sidoarjo, Jawa Timur. Berawal dari nol, kini bapak tiga anak itu memiliki empat gudang dan enam alat pres serta beberapa truk. “Sekali kirim ke luar negeri bisa sampai Rp 2 miliar,” tuturnya, mantan Kepala Desa Geneng, itu.
Eko Sudarsono
Kutipan dari : http://harianjoglosemar.com/berita/peroleh-pinjaman-rp-1-juta-kini-asetnya-mencapai-rp-10-m-66750.html