Probolinggo - Ternyata ulat-ulat yang menyerang hutan tanaman pantai (mangrove) di Kota Probolinggo berasal dari Australia. Bahkan ulat spesies Hyblaea puera itu diduga yang pertama kali menyerang hutan mangrove di Indonesia.
“Saya juga kaget mendapatkan informasi, ulat-ulat Hyblaea puera itu berasal dari Australia dan pertama kali menyerang Indonesia,” ujar Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Kota Probolinggo, Agustustinus Yudha Sunantya, Minggu (1/4) pagi tadi.
Info baru itu diperoleh Disperta dari Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Jatim. “Hingga kini belum ada laporan daerah lain yang terserang ulat spesies ini. Dengan demikian bisa dikatakan di Probolinggo yang pertama diserang,” ujarnya.
Yudha menambahkan, berdasarkan penelitian laboratorium POPT di Pandaan, Kabupaten Pasuruan, ulat genus Hyblaea itu migrasi dari kawasan Queensland, Australia. Hutan mangrove di Queensland juga pernah rusak parah diserang ulat berwarna hitam itu. ”Migrasi melalui udara ke Indonesia diduga karena perubahan iklim,” ujar Yudha.
Untuk menekan serangan ulat yang menggerogoti tanaman mangrove, Disperta melakukan penyemprotan pestisida pada area mangrove yang meranggas. ”Kami usahakan menggunakan pestisida yang ramah lingkungan dengan dosis aman,” ujarnya.
Berdasarkan penelitian POPT, siklus ulat itu diawali dari telur, yang dalam waktu 5-7 hari berubah menjadi larva. Selanjutnya dalam waktu 2-3 minggu larva berubah menjadi kepompong. ”Selanjutnya kepompong berubah menjadi kupu-kupu dalam waktu 5-7 hari. Siklus semakin cepat jika stok makanan menipis,” ujar Yudha.
Di Probolinggo, ulat Hyblaea puera hanya menyerang daun api-api (Avecinia Sp). Sementara tanaman mangrove jenis lain seperti bakau (Rhizopora) aman dari gangguan ulat itu.
“Kalau ulat bulu yang menyerang mangga bisa menimbulkan gatal pada manusia, ulat mangrove ini mengakibatkan gatal,” ujarnya. Karena itu warga yang tinggal di kawasan pantai utara seperti Pilang, Sukabumi, Mayangan, dan Mangunharjo diminta tidak panik dengan serangan ulat-ulat itu.
Masyarakat nelayan dan petambak diminta tidak usah khawatir. Demikian juga warga penghuni Rusunawa Bestari di Jalan Lingkar Utara, yang bertetangga dekat dengan hutan mangrove.
Berdasarkan pengamatan, ulat-ulat itu juga hanya memakan daun api-api. Sebagian tanaman api-api bersemi kembali setelah sebelumnya digunduli ulat-ulat pemakan daun itu. “Mirip ulat bulu yang memakan daun mangga, tanaman tidak sampai mati karena bisa bersemi kembali,” ujar Yudha.
Seperti diberitakan Surabaya Post, Jumat (30/3) lalu, sekitar 10 hektare hutan mangrove di pantura Kota Probolinggo meranggas karena diserang ulat. Tanaman api-api yang diserang ulat pun tinggal batang, dahan, dan rantingnya. Sementara semua daunnya habis dimakan ulat. Pada tanaman yang sudah meranggas itu tampak ulat berkeliaran, sebagian sudah berubah menjadi kepompong.
Anehnya mangrove jenis bakau tetap utuh dari gangguan ulat. Tanaman yang oleh warga setempat disebut tinjang dan daunnya lebih lebar dibandingkan api-api itu justru tidak diserang ulat.
Serangan ulat terjadi sejak sekitar dua minggu lalu. Pokoknya semua tanaman api-api di pantai utara Probolinggo habis,” ujar Slamet, warga Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.
Dikatakan awalnya serangan ulat diketahui di hutan mangrove di Kelurahan Mayangan. Belakangan serangan ulat terus merembet ke timur ke Kelurahan Mangunharjo, juga meluas ke barat ke Kelurahan Pilang.
Belum diketahui, mengapa ribuan ulat itu hanya memakan daun api-api. Yang jelas di kalangan masyarakat pantai, daun api-api terutama yang masih muda memang bisa dijadikan sayur. “Sebagian masyarakat menyukai bothok dari daun api-api. Bahkan ada yang langsung memakan daun api-api muda sebagai lalapan,” ujar Agus, warga Mayangan.[surabayapost]